Sunday 22 February 2009

(Ga jadi) bingung.. :D

Saya ni seringkali suka mikir kalo melihat tingkah laku anak-anak....

Ada anak yg hobi melempar2 barang dan sedikit kasar... sebenernya bagaimana pola pendidikan yg diterapkan orangtuanya..?

Ada anak yg sensitif sekali.. sedikit2 dari mulutnya keluar kata-kata "kamu nakal.., kamu susah diatur..." kalo seperti bagaimana juga pola pendidikan yg di terapkan orangtuanya..?

Ada anak yang kalem, manut, patuh sama orangtuanya, ini saya salud sekali tp saya jg bingung bagaimana pola pendidikan yg diterapkan orangtuanya..?

Ada yg bisa kasih saya link seputar ilmu psikologi untuk anak..? ato share pengalaman pribadi..? 

Hatur nuhun..

-------------------------------------------------

Akhirnya nemu good articles..!!

MIRACLES AT HOME
Ditulis pada 11 Januari 2009 oleh parentingislami

Rumahku adalah syurgaku….Rasanya selama beberapa tahun aku tak mengerti bagaimana sebuah rumah itu merupakan syurga yang tenang, damai dan menyenangkan. Setiap pulang lelah bekerja seharian ataupun sehari semalam, rasanya sumpek dan memusingkan. Suara teriakan anakku yang pertama diikuti oleh tangisan anakku yang kedua merupakan hiasan hari-hariku. Hari-hariku bertambah ramai dengan teriakan pembantuku yang panik melihat anak keduaku dipukul, dicubit atau dibenturkan oleh anak pertamaku. Sepertinya, setiap pulang ke rumah, kepalaku bertambah pusing.

Ketika kebisingan itu terjadi, karakterku yang keras dari kecil bergabung dengan ketegasan yang katanya harus dimiliki oleh orang tua berbentuk teriakan-teriakan larangan untuk anakku yang sangat kusayang. Kupegang tangannya dengan keras, dan kukatakan : “Kakak kenapa jahat sama Adik? Tidak boleh memukul adik. Sini, tangan jeleknya biar Ummi Cubit.” . Anak pertamaku diam memojok beberapa waktu, setelah itu keluar lagi bermain. Esok harinya, sepertinya dia tidak mendengarkan atau pun mengerti peringatanku kemarin. Kuingatkan lagi dengan cara yang hampir kurang lebih sama, dan kejadian yang sama pun berulang. Anakku pertamaku sekarang berusia 5,5 tahun, anak kedua berusia 2,5 tahun. Aku merasa saatnya aku harus mencari tahu cara pengasuhan anak yang seharusnya. Anak pertamaku sebentar lagi akan masuk SD. Aku takut, dia akan mengalami kesulitan karena sifatnya yang keras, tidak mau berbagi, suka melakukan kekerasan bila keinginannya tidak terpenuhi, tidak suka belajar. Aku harus mencari cara. Masih ada waktu 6 bulan lebih untuk aku mencari tahu dan memperbaiki semua ini.

Enam bulan. Kemana aku 5,5 tahun kemarin? Aku seorang dokter sekarang. 6,5 tahun yang lalu, aku menikah sambil melaksanakan koasistensi di sebuah rumah sakit. Semua orang yang tahu tentang alur pendidikan dokter akan paham betapa sibuknya kuliah di kedokteran. Sangat sedikit waktuku untuk bertemu dengan anakku, karena waktuku di rumah disita rasa lelah karena rantaian jaga malam dan kuliah yang harus kujalani. Anakku akrab dengan pembantuku. Aku hanya memegangnya sebentar untuk menyusui. Kalau sempat, aku membantu mengganti popok, menyuapi, memandikan, atau mengajaknya jalan-jalan. Rasanya lelah sekali. Anakku ini rewel sekali. Jika menangis bisa 2 sampai 4 jam baru berhenti menangis.

Setelah wisuda, aku terbebas dari rantaian kuliah, tapi mulai aku terbawa oleh jam kerja yang padat. Aku hamil anak kedua, dan aku harus bisa menabung untuk kelahiran anak keduaku. Rasanya pembagian waktuku mirip ketika aku kuliah.

Setelah kelahiran anak keduaku, aku sibuk dengan tugasku sebagai dokter PTT dengan gaji yang kecil. Aku jadi harus mencari banyak tambahan diluar, dan pembagian waktukupun sama seperti aku kuliah. Hal ini bertambah parah ketika aku ingin mempunyai rumah dan mulai membangun rumah di usia anakku 5 tahun. Aku harus berjuang amat sangat keras, tak ada yang bisa kuandalkan untuk mencari dana membangun rumah. Aku sering emosi ketika pulang ke rumah. Anak-anakku sering hanya mendapat wajah murungku, tak sempat aku bercanda dengan mereka, karena hatiku rasanya tertekan. Aku susah untuk tersenyum.

Dua bulan yang lalu, aku tiba-tiba merasa, aku sangat lelah. Aku lelah dengan pekerjaan yang tiada akhir, yang jadualnya kubuat sendiri. Tak ada yang memaksa. Aku lelah melihat dan mendengar suara teriakan anakku, dan tangisan adiknya. Aku merasa stress. Berat badanku menurun.

Adik-adikku sempat bermain ke rumah membawa buku Nanny 911. Aku tak membaca buku itu. Tapi aku jadi teringat aku sempat menonton acara itu sekitar dua kali. Di acara itu diperlihatkan, bagaimana seorang Nanny membantu sebuah keluarga untuk membantu mengarahkan anak-anaknya dari perilaku negatif menjadi anak-anak yang baik dan kooperatif sehingga mereka menjadi keluarga bahagia. Aku berpikir, aku ingin mempelajari bagaimana caranya, dan aku akan menjadi Nanny di rumahku sendiri.

Tak berapa lama, doaku terkabul. Aku berkenalan dengan seorang trainer pengasuhan anak lewat seorang teman. Aku bersilaturahmi ke rumahnya bersama suami dengan membawa anak pertamaku. Ketika masuk ke rumahnya, kami saling bertegur sapa dan berkenalan. Aku malu sekali kepada beliau karena anakku tidak mau bersalaman. Anakku malah sembunyi di belakangku. Aku jelaskan pada beliau. “Pak, maaf. Anak saya ini memang pemalu.” Setelah itu, beliau memberikan ilmu pengasuhan pertama seumur hidupku bahwa persepsi negatif yaitu pemalu yang kusampaikan akan direkam dalam pikiran anak dan akan membentuk anak sesuai persepsi itu. Jika aku ingin mempunyai akan yang pemberani dan mau bersalaman, katakan pada anak itu bahwa dia berani dan bisa bersalaman dengan siapapun. Persepsi positif berupa keberanian akan membuat dia berani.

Aku pulang dengan membawa satu ilmu yang ingin sekali kupraktekkan. Akhirnya aku praktekkan. Aku bilang bahwa anakku pemberani dan pintar bersalaman dengan teman umminya. Ketika kuajak ke rumah teman, dia pun bersalaman. Kukatakan padanya bahwa senyumnya manis sekali, dan orang akan senang kalau dia salami sambil tersenyum, dan dia pun melakukan hal tersebut. Kukatakan padanya bahwa dia pintar makan, dia jadi lebih bersemangat makan. Kukatakan padanya apa yang kumau, dan dia seperti disulap menjadi apa yang kuinginkan.

Keajaiban yang indah. Aku jadi ingin tahu lebih banyak teknik pengasuhan anak. Aku ingin membuat anakku suka belajar, mau shalat, mau berbagi dengan adiknya, mau mandi tanpa dipaksa, tidak lagi memukul adiknya. Aku mau anak yang sholeh.

bersambung….


Zulaehah Hidayati,

dokter dan ibu dari dua orang anak

http://parentingislami.wordpress.com

MIRACLES AT HOME (part 2 - tamat)
Ditulis pada 19 Januari 2009 oleh parentingislami

Akhirnya aku mengikuti undangan trainer itu untuk mengikuti pelatihannya selama dua hari penuh di akhir tahun 2008 ini. Subhaanallah. Aku jadi sangat termotivasi dan terinspirasi untuk melakukan pengasuhan anak dengan teknik yang benar. Tips nya pun begitu lengkap. Tips untuk memahami bahwa anak itu anugerah yang paling indah. Anugrah yang seharusnya kita syukuri dan selalu kita ingat. Yang membuat kita berpikir untuk mendidiknya dengan benar dan tak akan menyakitinya dengan kata-kata apalagi fisik. Aku jadi tak ingin lagi marah, membentak , apalagi mencubit.

Selain itu, aku jadi tahu tentang betapa cerdasnya anak-anak. Mereka dianugrahi keinginan belajar yang sangat besar. Aku harus bisa sabar menemani mereka mengacak-acak rumahku sebagai media belajar. Aku harus bisa mengarahkan mereka untuk belajar dengan menyenangkan agar mereka menjadi anak-anak yang cerdas. Persepsi positif mereka harus selalu diulang-ulang terus untuk membuat mereka semakin melejitkan potensi positif mereka. Di sisi lain, kebiasaanku terbiasa dengan cara pengasuhan lama harus kupendam dalam-dalam. Aku tak boleh mengatakan jangan nakal, jangan malas, jangan suka menyakiti adik, jangan galak, jangan suka mencubit. Benar-benar perlu keteguhan hati.

Hal yang sering kita lupakan juga, ternyata aku harus belajar mendengarkan anak. Jika menangis, marah, atau menginginkan sesuatu, kita harus mendengarkan dulu apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan. Setelah itu barulah kita kita berikan persepsi positif kita pada mereka. Jika kita tidak suka mendengarkan anak, maka anak akan merasa tidak berharga. Rasa tidak berharga akan membuat anak mencari harga diri mereka di luar rumah. Di lingkungan yang tidak kita inginkan. Akan tetapi, jika mereka merasa berharga di rumah, aku yakin, mereka akan nyaman bersama aku dan suamiku, dan tak akan tergoda pada lingkungan yang buruk di masa depan nanti.

Ternyata, untuk mempunyai suasana rumah yang menyenangkan, kita juga harus memiliki aturan. Aturan-aturan yang baik itu harus tetap konsisten kita tetapkan. Jika kita melarang jajan, maka larangan itu harus tetap kita patuhi walaupun anak akan meraung-raung dan bergulingan di pinggir jalan. Karena jika tidak konsisten, maka anak akan belajar tentang berbohong, tidak menepati kata-kata, dan mengulang hal yang sama di kemudian hari. Anak-anak yang dengan bijak kita dengarkan keinginannya kemudian kita arahkan dengan persepsi positif ternyata bisa kita jauhkan dari kebiasaan-kebiasaan yang buruk, misalnya jajan, memukul adik, memukul teman, pelit, dan banyak hal yang lain.

Aku pulang dan mulai mempraktekkan tips-tips dalam pelatihan. Aku melihat bagaimana mata anakku berbinar ketika aku mendengarkan curhatnya setelah marah dan memukul adiknya. Aku kemudian menceritakan sakitnya bila dipukul. Dan akhirnya dia memutuskan untuk meminta maaf karena telah menyakiti adiknya. Sebelumnya, anakku tidak pernah mau meminta maaf.

Selain itu, sekarang aku membiasakan shalat berjamaah. Setelah shalat berjamaah, aku dudukkan anakku di pangkuanku dan aku berdoa dekat telinganya. Kukatakan dengan jelas dekat bahwa aku bersyukur mendapat seorang anak yang sholeh, yang sayang sama adik, pintar makan, suka belajar, dan hal lain yang kuinginkan darinya.

Setiap ada kesulitan anak-anakku tidak mau melakukan rutinitas, aku tidak marah-marah. Aku sudah punya banyak cara di kepalaku yang akan membuatnya melakukan apa yang seharusnya dengan senang, tanpa perasaan terpaksa. Aku sekarang sudah menjadi Nanny untuk keluargaku.

Hanya dalam dua hari, suasana rumahku berubah. Pembantuku senang karena dia tidak kerepotan lagi oleh kedua anak. Aku bahagia, karena sekarang aku benar punya syurga tempat aku melepaskan lelahku dan mendapatkan kebahagian. Aku selalu ingin pulang dan menyempatkan untuk bermain sambil memberikan persepsi-persepsi positif. Aku merasakan kebahagiaan karena mempunyai anak-anak yang sholeh. Dan ternyata anak sholeh itu akan dimiliki oleh orang tua yang sholeh, yang memahami cara pengasuhan anak.

Ini adalah kisah nyata yang aku alami. Semoga semua orang tua di dunia dapat mengambil hikmahnya dengan meluruskan cara pengasuhan anaknya.
Zulaehah Hidayati,

dokter dan ibu dari dua orang anak

http://parentingislami.wordpress.com

53 comments:

  1. ikutan dengerin ajah... soalnya sama pengen tau ;))

    ReplyDelete
  2. Ada unsur karakter anak jg sih ra..

    ReplyDelete
  3. ikutan baca...ayo2 yg punya pengalaman.

    tp ponakan sy cowok jg (almost 4 years) nakalnya minta ampyun deh. katanya karna carper gara2 punya adek. tp apa benar ya smp seperti itu. dia tuh dah smp taraf menyakiti adiknya secara fisik. adiknya lg didepan pintu, pintu dibanting sm dia yg ada adiknya mental. dia lg naik sepeda liat adiknya langsung ngebut trus adiknya ditabrak. adiknya lg duduk, kursi langsung ditarik yg ada adiknya jatuh...aduhhh klo dateng ke rumah sy suka mengkhawatirkan nawra jadinya...kenapa bisa gini ya. apa benar karna belum siap punya adik ???

    ReplyDelete
  4. nice article Tih, TFS. Btw, ttg pola pengasuhan anak banyak banget tips nya, tergantung dr kita sbg ortunya mau pilih yg mana..tp yg pernah gw dgr dr sodara gw sendiri, kebetulan beliau itu guru ngaji dan suka ngasih ceramah di lingkungan perumahannya. Ada satu kalimat yg selalu gw inget "mengajak bukan mengejek", itu salah satu tips pengasuhan anak, so mengajarkan ke anak untuk mengajaknya berbuat baik, jd kl anak berbuat yg mnrt kita tdk baik, jgn dulu bilang dia nakal, jahat, or kata2 lain yg dpt menyakitkan hatinya, tp ajaklah dia lebih dahulu untuk berbuat yg benar...
    Btw, susah lho nerapinnya, krn kl lg cape kdg kita lepas kontrol, tp gw sendiri berusaha, Insya Allah berbuah manis hasilnya....

    ReplyDelete
  5. Boleh ya saya sedikit crita ttg anak tetanggaku..
    Anaknya tuh ga bisa diem....kalo arisan kadang tingkahnya dah diluar batas gitu, naik-naik sofa, main lompat-lompatan di sofa, ambil makanan sebanyak-banyaknya, pokoknya aku yang ngeliat aja udah pengen menasehati lah....tapi apa reaksi ibunya....diem aja tuh

    tapi ternyata si anak prestasinya hebat banget lho.....sampe pernah tampil di Senayan....padahal aku dari awal udah ngecap negatif ke dia.

    Kalo aku perhatiin sih mungkin si ibu dah cape nasehatin anaknya, jadi lama-lama dibiarin mo betingkah kaya apa...yang penting prestasi anaknya bagus....

    Nah lho....tambah bingung ga baca komenku ini......hehehehe

    ReplyDelete
  6. Secara genetis ada basic character, tapi kondisi sekelilingnya lebih berpengaruh. Gak bisa langsung menuduh orang tuanya, karena anak gak hidup hanya bersama orang tuanya. Ada pengasuh, temen-teman main, kakek nenek amupun siaran televisi, yang sadar atau nggak sadar menanamkan sesuatu ke memori anak.

    Aku beruntung punya anak yang relatif tenang...anak manis, nurut, sama sekali nggak repot. Tapi apa nggak pernah mukul atau bicara yang agak 'mencengankan'? Tetep pernah. Karena dia main sama teman-temannya, main sama mbahnya... mungkin pernah nonton tv juga walau bukan di rumah. Prinsipnya sih, setiap perilaku dan perubahan yang ada aku pantau, sehingga kalau ada hal-hal yang perlu dikoreksi (seperti suka mukul atau membentak), bisa segera diluruskan dengan hati-hati (dapetnya kadang di alam bawah sadar lho... jadi gak gampang juga ngebenerin... mesti pelan2)

    Yah, jadi orang tua mah emang kudu belajar terus, hahaha...

    ReplyDelete
  7. stuju sama kircul n sisil, mau setuju sama yg laen gak enak g, blom kenal kikikikik

    ReplyDelete
  8. thx bu, menjadi ortu yang baik dan memiliki anak yang baik adalah keinginan semua ortu, mudah2an dengan sama2 belajar dan berbagi, hal apapun ada solusinya.... salam

    ReplyDelete
  9. Artikel yang bagus.......
    Emang jadi orang tua harus banyak belajar dan bersabar he..he..he..
    Tapi aku setuju juga dengan komennya mbak Sisil, klo lingkungan sekitar punya pengaruh yg cukup besar juga bagi perkembangan anak..

    TFS buat Ratih & mbak Sisil..

    ReplyDelete
  10. mm.. sedikit berbagi ya mba.. *ibu baru banged*
    klo' aku sih.. dari anakku masih dalam kandungan, sampe sekarang..
    berusaha banged agar tidak keluar kata2 negatif..
    karena kata2 ibu adalah doa.. jadi ngomongnya harus hati2..
    walopun sebenernya emosi.. tapi tetep bilang.. *anak pinter.. anak baik*..
    hehehehe...

    ReplyDelete
  11. hiks hiks... so sweeet.. ampe berkaca2 aku membacanya!!!

    ReplyDelete
  12. coba baca buku "la tahzan for mothers" deh bunn
    bagusssss bukunya .... ini komentar gw yang notabene ga suka baca, tapi pas dibeliin buku ini ma suami, ga nyesell deh bacanya ;))

    ReplyDelete
  13. baca baca baca

    bagus bagus bagus

    tfs deh..

    ReplyDelete
  14. hihihi.. dasar lu ah.. idem yak ma gw blom pengalaman :D

    ReplyDelete
  15. pas ya dee sama artikel di atas.. :D

    ReplyDelete
  16. yup setuju win.. gw juga selalu ngejaga kata2 bgt jgn sampe keluar kata2 yg negatif soalnya daya serap si anak juga luar biasa jadi musti hati2 bgt jgn sampe jadi bumerang..

    ReplyDelete
  17. yup setuju win.. gw juga selalu ngejaga kata2 bgt jgn sampe keluar kata2 yg negatif soalnya daya serap si anak juga luar biasa jadi musti hati2 bgt jgn sampe jadi bumerang..

    ReplyDelete
  18. mungkin tiap ortu punya kebijakan masing2 kali yah.. aku juga jeng kl liat ponakan2 ku bertingkah akunya yg kepingin bgt kasi tau bla bla bla.. tapi di lihat ibunya santai ya udah deh ga jadi bla bla bla-nya :D

    bingung juga ga baca komenku. hahahaha...

    ReplyDelete
  19. mungkin tiap ortu punya kebijakan masing2 kali yah.. aku juga jeng kl liat ponakan2 ku bertingkah akunya yg kepingin bgt kasi tau bla bla bla.. tapi di lihat ibunya santai ya udah deh ga jadi bla bla bla-nya :D

    bingung juga ga baca komenku. hahahaha...

    ReplyDelete
  20. iya ni teh, aku juga baru nemu.. hihihi..

    ReplyDelete
  21. yup yup setuju...

    wah bole donk mba di share menasehati/meluruskan di alam bawah sadarnya...

    setujuu.. yukk mari belajarr... :D

    ReplyDelete
  22. yup yup setuju...

    wah bole donk mba di share menasehati/meluruskan di alam bawah sadarnya...

    setujuu.. yukk mari belajarr... :D

    ReplyDelete
  23. blom kenal sama yg mana din..?
    bu ibuuk kenalin ini dini maknya neng zeeva... hihihi...

    ReplyDelete
  24. blom kenal sama yg mana din..?
    bu ibuuk kenalin ini dini maknya neng zeeva... hihihi...

    ReplyDelete
  25. @bunda jibran:
    iya bun setujuu.. yuk mari saling berbagi dan belajar...

    ReplyDelete
  26. iya mba laura aku juga setuju dengan statemen mba sisil.. makanya milih rumah tu susah2 gampang yah soalnya lingkungan pun akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.. :)

    ReplyDelete
  27. aku juga walo kesel bilang ke aya ya tetep aja.. anak sholehah, anak cantik, anak pinter.. bla..bla... pokonya mah semua yg keluar dari mulutku aku anggap harapan di masa yg akan datang untuk si anak dan berharap ada yg mengamini.. :D

    ReplyDelete
  28. la tahzan yg cover hitam aja udah mengena bgt ya teh.. jadi penasaran sama yg for mothers tapi adeku beli yg for teenegers katanya kurang bagus euy..

    ReplyDelete
  29. @Mba Re:
    kaya iklan 3 aja mba re :P

    ReplyDelete
  30. ke ke ke...
    bingung soalnya mo komen apaan, pengen leave comment, tapi pikiranku dah kebaca ma yg masukin komen duluan... he he he

    ReplyDelete
  31. hihihihi...
    komennya udh keduluan ya mba :D

    ReplyDelete
  32. hmm...gue bilang karakter soalnya si darris ama dellynn jatuhnya beda ra...
    yg satu bisa dibilangin, even dari bayi, dikasi pengertian. sementara si kriwil ga bisa...klo blon kejedot dia ga percaya klo bisa kejedot. susah banget diajak ngomong 2 arah, bisanya dibujuk/dialihkan perhatian. terus terang ngalihin perhatian ini gue kurang sreg, yg paling bagus kan kasih pengertian tho.
    tapi yah well, itu yg works for delllynn, ya wes..

    ReplyDelete
  33. sjak umur brapa si kir udh keliatan karakternya?

    ReplyDelete
  34. bayi ra =D
    etlis setelah 6bln...paling kentara setelah 18bln sih...

    tapi ada gininya juga...
    si darris yg tadinya gampang aturannya, gak tantruman, ada delin dg karakter kek gitu jadi kadang nyontoh tuh...kek terinspirasi...HUH

    ReplyDelete
  35. thx kir infonya...

    jadi si kaka bisa ngikut si ade juga yah..? gw kira ade doang yg suka ikut2 si kaka :D

    aya kayanya mah ga tantruman tapi tampak hati2 kl ketemu sama orang dewasa. kekeke...

    ReplyDelete
  36. hahaha kl asha lg hobi membuang, melempar dan ngumpetin semua barang rat. Sisir kakak ilang ternyat dimasukin ke kolong rak tv, dia comot daun salam buat masak nasi kuning en dibuang diluar pagar rumah....dia buang sendok makannya dia keluar pagar rumah......dia lempar - lempar keluar jendela tuh segala mainan dia trus diambil lagi trus dilempar lagi....ini masuk kategori apa ya ?...dooh lagi pusying sama asha...

    ReplyDelete
  37. kmrn asha asik main kran air eh skrg hobi buang2 sgala macem smpe daun salam mamanya jg dbuang.. huahaha.. dasar anak2 :D

    ReplyDelete
  38. anak kan cermin ortunya kekek.....katanya getooo......berarti faadhil cerewet nurun siapa ya??? anak pertama ma kedua beda tuh.....

    ReplyDelete
  39. stuju bun kl anak cerminan ortunya soalnya si anak meniru karakter ortunya..

    si ayah kalem ya bun jd kaka2nya nurun dr si ayah :D

    ReplyDelete
  40. gw sempet binun ankaa yang kalo d luar diem banget, malah cenderung penakut. akhirnya gw bela-belain sering-sering nenangga ama ngajak jalan. cape dikit deh. sekarang udah beda banget, ga terlalu diem lagi kalo di luar. malah udah mau jalan sendiri tanpa minta gandeng. parahnya, kalo diajak belanja, maunya ngaduk-aduk ikan dagangan si tukang ikan mas. untung ga sampe ada yang mati. kalo ga kan gw ganti tuh

    ReplyDelete
  41. bener jeng.. kl bisa mah rutinin tu jalan2.. aya tiap wiken selalu kita ajak keluar rumah kadang cuma makan (aybunnya, ayanya mah negbekel :D), ato cuma sekedar liat topeng monyet di gasibu.. ga perlu jalan2 yg musti keluar uang, kadang cuma ke bukit di resort aja aya udah seneng :D

    ReplyDelete
  42. kalo aku sih jalani aja...cape jejelin teori waktu baru punya cindai, dan ternyata dua anak, gak bisa satu teori... hehehehhe....

    jadinya, bismillah aja...gak ada orang tua tidak berniat memberi yang terbaik untuk anaknya...

    ReplyDelete
  43. iyah kadang emg teori malah bikin bingung ya kath

    ReplyDelete